Jakarta, Pasti Anda merasa bingung bila melihat
keluarga atau teman Anda mendadak marah-marah dan membanting atau
melempar sesuatu untuk mengungkapkan kemarahannya. Itulah yang disebut
kehilangan kontrol. Namun hingga kini belum pernah ditemukan penjelasan
ilmiah mengenai kondisi tersebut.
Studi yang dilakukan oleh pakar
saraf dan neuro-marketing dari University of Iowa, William Hedgcock ini
telah mengkonfirmasi penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa
pengendalian diri adalah komoditas terbatas yang bisa habis jika
digunakan.
Namun studi inilah yang pertama menunjukkan kondisi
kehilangan kontrol dilihat dari otak. Dengan menggunakan foto fMRI, otak
seseorang dipindai ketika melakukan kontrol diri. Gambarnya menunjukkan
anterior cingulate cortex (ACC), bagian dari otak yang mengenali
situasi dimana pengendalian diri diperlukan dan dorsolateral prefrontal
cortex (DLPFC), bagian dari otak yang mengelola pengendalian diri.
Menurut Hedgcock, hilangnya aktivitas di DLPFC-lah yang menyebabkan seseorang kehilangan atau kehabisan pengendalian diri.
Peneliti
mengumpulkan gambar-gambar otak itu dengan menempatkan partisipan dalam
scanner MRI kemudian meminta partisipan melakukan dua tugas
pengendalian diri. Yang pertama mengabaikan kata-kata yang muncul di
layar komputer sedangkan yang kedua menentukan pilihan dari beberapa
opsi yang ditawarkan.
Hasilnya partisipan tampak kesulitan mengendalikan dirinya pada tugas kedua yang disebut sebagai fenomena "regulatory depletion
atau deplesi peraturan". Hedgcock mengatakan bahwa DLPFC partisipan
menjadi kurang aktif selama tugas kedua yang menunjukkan bahwa
partisipan kesulitan untuk mengatasi respon awalnya.
"Studi ini
merupakan langkah penting dalam usaha untuk menentukan definisi yang
lebih jelas tentang pengendalian diri dan mencari tahu mengapa
orang-orang melakukan hal-hal yang jelas-jelas menurutnya tidak baik,"
tandas Hedgcock seperti dilansir dari newkerala, Rabu (20/6/2012)
Salah
satu implikasi yang mungkin bisa didapatkan adalah membuat program yang
lebih baik untuk membantu orang-orang yang mencoba berhenti dari
kecanduan hal-hal seperti makanan, belanja, obat-obatan atau alkohol.
Beberapa
terapi masa kini membantu orang menghentikan kecanduan dengan fokus
pada tahap pengakuan konflik dan mendorong orang untuk menghindari
situasi dimana konflik itu akan muncul. Misalnya, seorang pecandu
alkohol harus tinggal jauh dari tempat dimana alkohol disajikan.
Tapi
Hedgcock mengatakan studi ini bisa memberikan terapi baru yang bisa
jadi dirancang dengan memberikan fokus pada tahap implementasi.
Misalnya, pelaku diet harus mentraktir temannya jika gagal menerapkan
kontrol dengan makan makanan terlalu banyak atau memilih jenis makanan
yang salah atau tidak sehat.
Hukuman semacam ini memberikan
konsekuensi nyata terhadap kegagalan penerapan kontrol pelaku diet dan
meningkatkan peluangnya untuk memilih alternatif makanan yang lebih
sehat.
Penelitian yang akan dipublikasikan di Journal of Consumer Psychology ini juga mungkin bisa membantu orang yang menderita kehilangan kontrol diri akibat cacat lahir atau cedera otak.
"Jika
kita tahu mengapa orang kehilangan kontrol diri, ini bisa membantu kita
merancang intervensi yang lebih baik untuk membantu mereka
mempertahankan kontrol dirinya," ujar Hedgcock, seorang asisten profesor
di departemen pemasaran Tippie College of Business dan mahasiswa
pascasarjana Interdisciplinary Graduate Program in Neuroscience,
University of Iowa.
http://health.detik.com/read/2012/06/20/123231/1946028/763/ini-dia-penyebab-orang-kehilangan-kontrol
Tidak ada komentar:
Posting Komentar