Senin, 11 Juni 2012

andragogi

2.4. Kondisi Pembelajaran Orang Dewasa
Pembelajaran yang diberikan kepada orang dewasa dapat efektif (lebih cepat dan melekat pada
ingatannya), bilamana pembimbing (pelatih, pengajar, penatar, instruktur, dan sejenisnya) tidak
terlalu mendominasi kelompok kelas, mengurangi banyak bicara, namun mengupayakan agar
individu orang dewasa itu mampu menemukan alternatif-alternatif untuk mengembangkan
kepribadian mereka. Seorang pembimbing yang baik harus berupaya untuk banyak
mendengarkan dan menerima gagasan seseorang, kemudian menilai dan menjawab pertanyaan
yang diajukan mereka. Orang dewasa pada hakekatnya adalah makhluk yang kreatif bilamana
seseorang mampu menggerakkan/menggali potensi yang ada dalam diri mereka. Dalam upaya
ini, diperlukan keterampilan dan kiat khusus yang dapat digunakan dalam pembelajaran tersebut.
Di samping itu, orang dewasa dapat dibelajarkan lebih aktif apabila mereka merasa ikut dilibatkan
dalam aktivitas pembelajaran, terutama apabila mereka dilibatkan memberi sumbangan pikiran
dan gagasan yang membuat mereka merasa berharga dan memiliki harga diri di depan sesama
temannya. Artinya, orang dewasa akan belajar lebih baik apabila pendapat pribadinya dihormati,
dan akan lebih senang kalau ia boleh sumbang saran pemikiran dan mengemukakan ide
pikirannya, daripada pembimbing melulu menjejalkan teori dan gagasannya sendiri kepada
mereka.
Oleh karena sifat belajar bagi orang dewasa adalah bersifat subjektif dan unik, maka terlepas dari
benar atau salahnya, segala pendapat, perasaan, pikiran, gagasan, teori, sistem nilainya perlu
dihargai. Tidak menghargai (meremehkan dan menyampingkan) harga diri mereka, hanya akan
mematikan gairah belajar orang dewasa. Namun demikian, pembelajaran orang dewasa perlu
pula mendapatkan kepercayaan dari pembimbingnya, dan pada akhirnya mereka harus
mempunyai kepercayaan pada dirinya sendiri. Tanpa kepercayaandiri tersebut, maka suasana
belajar yang kondusif tak akan pernah terwujud.
Orang dewasa memiliki sistem nilai yang berbeda, mempunyai pendapat dan pendirian yang
berbeda. Dengan terciptanya suasana yang baik, mereka akan dapat mengemukakan isi hati dan
isi pikirannya tanpa rasa takut dan cemas, walaupun mereka saling berbeda pendapat. Orang
dewasa mestinya memiliki perasaan bahwa dalam suasana/ situasi belajar yang bagaimanapun,
mereka boleh berbeda pendapat dan boleh berbuat salah tanpa dirinya terancam oleh sesuatu
sanksi (dipermalukan, pemecatan, cemoohan, dll).
Keterbukaan seorang pembimbing sangat membantu bagi kemajuan orang dewasa dalam
mengembangkan potensi pribadinya di dalam kelas, atau di tempat pelatihan. Sifat keterbukaan
untuk mengungkapkan diri, dan terbuka untuk mendengarkan gagasan, akan berdampak baik
bagi kesehatan psikologis, dan psikis mereka. Di samping itu, harus dihindari segala bentuk
akibat yang membuat orang dewasa mendapat ejekan, hinaan, atau dipermalukan. Jalan terbaik
hanyalah diciptakannya suasana keterbukaan dalam segala hal, sehingga berbagai alternatif
kebebasan mengemukakan ide/gagasan dapat diciptakan.
Dalam hal lainnya, tidak dapat dinafikkan bahwa orang dewasa belajar secara khas dan unik.
Faktor tingkat kecerdasan, kepercayaan diri, dan perasaan yang terkendali harus diakui sebagai
hak pribadi yang khas sehingga keputusan yang diambil tidak harus selalu sama dengan pribadi
orang lain. Kebersamaan dalam kelompok tidak selalu harus sama dalam pribadi, sebab akan
sangat membosankan kalau saja suasana yang seakan hanya mengakui satu kebenaran tanpa
adanya kritik yang memperlihatkan perbedaan tersebut. Oleh sebab itu, latar belakang
pendidikan, latar belakang kebudayaan, dan pengalaman masa lampau masing-masing individu
dapat memberi warna yang berbeda pada setiap keputusan yang diambil.
Bagi orang dewasa, terciptanya suasana belajar yang kondusif merupakan suatu fasilitas yang
mendorong mereka mau mencoba perilaku baru, berani tampil beda, dapat berlaku dengan sikap
baru dan mau mencoba pengetahuan baru yang mereka peroleh. Walaupun sesuatu yang baru
mengandung resiko terjadinya kesalahan, namun kesalahan, dan kekeliruan itu sendiri
merupakan bagian yang wajar dari belajar.
Pada akhirnya, orang dewasa ingin tahu apa arti dirinya dalam kelompok belajar itu. Bagi orang
dewasa ada kecenderungan ingin mengetahui kekuatan dan kelemahan dirinya. Dengan
demikian, diperlukan adanya evaluasi bersama oleh seluruh anggota kelompok dirasakannya
berharga untuk bahan renungan, di mana renungan itu dapat mengevaluasi dirinya dari orang
lain yang persepsinya bisa saja memiliki perbedaan.
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/195109141975011-AYI_OLIM/andragogi_PDF2.pdf